Sabtu, 22 September 2012


   Suatu Kebajikan Alam

   Alam semesta adalah sebuah kreasi tuhan yang sangat indah dan maha sempurna dimana sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu menjaganya dengan daya serta upaya yang ekstra. Lautan, pegunungan, hutan belantara, air terjun, matahari, planet, binatang dan lain sebagainya, juga manusia di dalamnya merupakan bagian dari alam semesta yang berkorelasi antara satu sama lain. Saling kait mengait memberikan manfaat terhadapnya. namun, perlu disimak bahwa di antara bagian-bagian alam semesta, manusia memiliki peran sentral dalam arti manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bagian alam semesta lainnya, yakni akal dan tanggung jawab moral. Akal yang dimaksud, berarti manusia memiliki suatu pikiran untuk memanfaatkan alam semesta (mengambil sesuatu untuk digunakan untuk kepentingan pribadinya) serta mengolahnya demi kelangsungan hidup manusia. dengan catatan manusia berkewajiban mengambil sesuatu secara bijaksana karena manusia memiliki tanggung jawab moral yang juga tidak dimiliki oleh bagian-bagian alam lainnya. Kedua hal itu menunjukkan kepada kita secara implisit bahwa manusia tidak dibenarkan untuk 'membabi buta' mengekploitasi alam semesta.
   Bayangkan betapa nikmatnya jika pelbagai pemandangan tersebut yang kita jaga dinikmati secara langsung dengan cara terjun langsung kepada obyek pemandangan, tidak lewat televisi atau media tidak langsung lainnya. Hal itu yang membuat saya sebagai penulis ingin selalu menikmati alam dengan cara mendaki gunung-gunung yang juga menjadi bagian dari alam semesta. Sebab banyak pelajaran dan manfaat yang dapat dipetik darinya. Contoh kecil, mendaki gunung dapat membuat badan sehat, sebab gambaran ketika mendaki gunung bukan seperti yang dinyanyikan oleh anak-anak Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar saat melewati jalar raya Puncak "naik-naik ke puncak gunung tingi-tinggi sekali", tapi mendaki dengan berjalan kaki membawa barang-barang perbekalan kita yang menuntut adanya kekuatan fisik untuk mendakinya.
   Kemudian mendaki gunung dapat menempa ego kita, menghancurkan sifat individual kita, sebab lazimnya mendaki gunung dilakukan dengan beberapa orang yang terdiri dari 1-9 orang atau lebih, meskipun banyak juga yang dilakukan secara sendiri. Ketika kita mendaki tidak mungkin hanya membawa barang pribadi kita saja, namun terkadang kita juga membawa suatu barang yang memiliki aspek kebersamaan seperti tenda, minuman, dan makanan. kita rela berkorban membawa barang berat untuk digunakan oleh orang lain. Pada intinya mendaki gunung sarat akan pengorbanan, kesetian, kesabaran dan lain sebagainya. oleh karena itu saya menyarankan bagi saudara-saudara untuk mencoba hal ini, sebab begitu banyak manfaat yang dapat diambil. Tidak benar bahwa mendaki gunung adalah representasi dari Amor Fati, yakni cinta akan kematian atau bosan terhadap hidup yang mengarah kepada suatu tindakan yang mematikan, dengan melakukan hal-hal ekstrim.
   Henry Dunant, Bapak Pandu Dunia pernah berkata, "Tidak akan hilang pemimpin suatu bangsa bila pemudanya masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang di alam bebas dan mendaki gunung". Pernyataan yang sarat akan makna mendalam dari kegiatan alam bebas. Bayangkan pemimpin-pemimpin dunia seperti Presiden Republik Rakyat China, Hu Jintao yang lahir jiwa kepemimpinannya dari keikut sertaan dalam pelbagai kegiatan-kegiatan alam bebas dan kepanduan. Tidak hanya itu, kegiatan di alam bebas seperti mendaki gunung juga dapat membuat rasa nasionalisme kita tumbuh, lantaran kita dapat mengetahui Indonesia secara langsung, bukan dari media-media yang kita serap dikala kita berada di kota. kembali saya mengutip pernyataan, yaitu pernyataan dari Soe Hok Gie, "Mencintai tanah air bukan hanya slogan dan hipokrit, mencintai tanah air dapat terwujud apabila kita mengenal setiap lekuk tubuh Pertiwi dengan cara mengenal tiap warga negara dan wilayahnya, maka untuk itulah kami mendaki". Sudah jelas bahwa alam memberikan kita banyak sekali pelajaran, yang tidak mungkin saya torehkan satu persatu, silahkan anda merenung barang sejenak mengenai pelajaran apa yang telah diberikan alam kepada saudara. dan yang terakhir izinkan saya mengutip suatu petuah seorang Indian kepada anaknya, kutipan yang disadur dari "Going to The Mountain".

Anakku
Tak seorang pun akan menolongmu di dunia ini.
Maka jelajahilah puncak-puncak gunung itu, dan kembalilah.
Hanya itu yang akan dapat membuatmu perkasa.

Anakku...
Ketahuilah bahwa tak seorangpun di dunia ini yang dapat kau sebut sebagai sahabat sejati...
Tidak juga ayahmu, ibumu, bahkan saudara-saudaramu.
Tanganmu adalah sahabatmu...
Kakimu adalah sahabatmu...
Rambutmu adalah sahabatmu...
Pandanganmu adalah sahabatmu...
Suatu kali kau harus menghadapi seseorang yang menganggapmu musuh.
Saat kau berhadapan dengan mereka, kau hanya perlu merasa berani berada tepat di depan wajahnya

Kau harus siap bahwa mungkin ia akan merasa sakit atau menang.
Saat itu kau harus percayalah bahwa sesungguhnya keberanian bukanlah masalah menang atau kalah.
Suatu kali pula kau akan berada di tengah mereka yang menderita.
Jangan pernah terlambat untuk membantu mereka melebihi dari segala kemampuan yang kau miliki
Kita tak pernah tau, bahwa mungkin saja kemanapun kau pergi, alam akan mendengar mereka bercerita sebuah kisah tentang dirimu.

Oleh karena itu, aku berkata padamu....

"Pilihlah jalan terjal mendaki itu, tapi bukan jalan yang nyaman ini..."